Namanya Natra. Waktu itu aku dan kakakku baru belajar hidup di Surabaya, kita kos di daerah Dinoyo Lor, tempat yang sempit dan penuh gang-gang tikus tapi disanalah kami mendapatkan banyak pelajaran.
Dia juga pertama kali tinggal di Surabaya, aslinya dari Blitar. Dia kuliah di salah satu universitas swasta di daerah itu, fakultas farmasi. Tempat yang membutuhkan skill tinggi dan biaya yang tidak sedikit.
Pertama kali mengenal Natra, langsung berkesan tentang cewek yang tomboy. Dia lumayan tinggi, berkacamata dan kulitnya warna kecoklatan.
Baru pertama kenal, kami langsung cocok. Kebetulan kami semua hobi memasak. Sebenarnya bukan hobi cuma tapi biar lebih irit. Maklum, aku dan kakakku sudah mulai masuk kuliah dengan biaya sendiri, jadi kami harus mengirit pengeluaran untuk biaya kuliah.
Sebenarnya Natra nggak bisa masak. Tentu saja, dia kan tomboy. Tapi ibunya memberikan catatan-catatan kecil yang ditempelnya di tembok tentang semua resep memasak, bahkan resep menggoreng telur dan memasak nasi. Setiap memasak, Natra selalu mengecek semua resep itu dengan teliti, dia bahkan rela berjalan jauh ke kamarku dan kakak cuma untuk bertanya "Ini bener 1/2 sendok teh ya ?"
Jadi, itulah Natra. Polos, sederhana dan teliti.
Beberapa saat kemudian, kakakku pindah kos karena dia dipindah tugaskan ke daerah lain. Jadi tinggalah aku sendirian di kamar tapi karena biaya kos yang masih berat, aku akhirnya sepakat untuk tinggal sekamar dengan Natra.
Awalnya agak canggung, karena Natra beragama kristen katolik sedangkan aku adalah muslim, memang agak sulit untuk beradaptasi tapi lama-kelamaan rasanya jadi unik. Aku ingat Natra sering mengingatkanku untuk sholat maghrib. Jika aku mulai sholat, Natra keluar kamar tapi jika Natra mulai berdoa, aku gantian keluar kamar. Kami tak begitu menghiraukan masalah beda agama ini, kita saling menghormati bahkan saling mendukung.
Sesekali Natra bercerita soal keluarganya. Lalu gantian aku yang bercerita soal keluargaku. Hidup memang membutuhkan perjuangan, itulah hikmah yang kudapat dari cerita Natra.
Pernah sesekali aku dan Natra berencana pulang kampung bareng naik kereta. Waktu itu, jam kedatangan kereta sudah mepet tapi aku masih di kantor karena banyaknya kerjaan. Saat itu aku menyuruh Natra berangkat lebih dulu tapi dia nggak mau. Dia lalu kembali lagi, menyusulku ke kantor dan akhirnya kita pulang naik bis. Waktu kutanya kenapa dia nggak berangkat duluan saja naik kereta, dia menjawab "aku nggak bisa ninggalin temenku sendirian. kita kan sudah janji pulang bareng"
Sungguh aku beruntung sekali bertemu orang seperti Natra.
Kadang aku merasa jemu, kadang marah, jika berurusan dengan orang-orang yang sibuk dengan kepentingannya sendiri, memikirkan dirinya sendiri. Sesekali terpikirkan olehku untuk menjadi seperti itu. Logikaku mengatakan : toh mereka juga seperti itu padamu, kamu juga harus seperti itu dong. Tapi kemudian sekelebat ingatanku kembali mengingat Natra, anak yang baik tulus setia kawan dan lebih mementingkan orang lain dari dirinya sendiri. Aku jadi malu.
Sekarang Natra kuliah di Malang. Sesekali kami bertukar sapa lewat sms dan rasanya rindu sekali ingin bertemu Natra lagi. Anak periang, tomboy, slengekan itu seperti apa ya sekarang ?
Aku ingin minta maaf karena telah pergi. Aku nggak pernah lupa wajahnya yang menangis waktu mengantarku pindah kos ke daerah lain. Dan semoga sifat baik Natra selamanya menular padaku.
ps. pingin nangis.. hu hu hu..
Nova
about me
- anantasean
- it's me nova, so glad to meet you all and thanks for reading my blog. i'm private but love sharing with anyone. have fun :)
my lovely pals
Labels
tweet tweet
Tuesday, February 16, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 komentar:
:'(
Jd keinget sama temen SMA ku dulu. bertemen mulai kelas 1 SMP sampe 1 SMA. pisah kelas gara2 beda jurusan.
Meski dia seorang Protestan dan aku islam ga pernah mempermasalahkan agama. malah kadang kalo mau maen sepulang sekolah dia nanyain "ga sholat duhur sek ta?"
Gmn ya kbr dia skrg? semoga si Dodot dah sukses dengan kehidupannya. Amin..
klo Natra pindah kuliah d Malang, lah trus kuliahx yg di Surabaya d fakultas farmasi, gmana ??
@ kuro : dy do dr farmasi.
Post a Comment