Sunday, April 5, 2009

Lentera Jiwa

Diposting oleh anantasean di Sunday, April 05, 2009
senin, 5 april 2009

Berawal dari kerinduanku ke toko buku, akhirnya kemarin sore (red : minggu sore) aku berangkat ke toko buku togamas, salah satu toko buku favoritku, karena selain tata ruang tokonya yang bagus, tempat baca yang asri dan yang terpenting diskon-diskonnya yang cukup menyenangkan, membuatku selalu ingin kembali kesana.

Sore itu agak mendung tapi karena sudah semangat dari awal, aku tetep berangkat juga. Sudah punya "target" buku Blink, karya Malcolm Galdwell gara-gara kepincut tulisan Pak surahyo, seorang pakar it yang juga punya hobi nge-blog. Tapi begitu sampai disana ternyata berubah haluan. Maklum, jika ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa kutolak itu adalah buku. Setiap sudah membaca satu resensi buku dan tertarik, rasanya sudah nggak ada kekuatan untuk mengembalikan buku itu ke raknya lagi.
Jadilah buku-buku yang kubeli berubah jadi ini :

1. Andy's Corner : i love this because it's cover, but an aphorism "don't judge a book by it's cover" is no matter with this one. It's totally a great book! inside - outside! I just cant take it down before it's done - jadilah semalam tidur jam 12 malam :P

2. Vanishing Acts : Belum sempat baca jadi masih belum bisa tulis referensi disini. Satu-satunya alasan kenapa aku ambil buku ini "lebih" karena Jodi Piccoult-nya. I'm really curious about the way she writes..

3. Buku IT : hanya untuk referensi kuliah, kubeli "lebih" karena diskonnya yang 25% wow!
Buku Blink - sorry to say : stock habis :(
mungkin kalau ada temen-temen yang punya buku ini, aku pinjem dong *mata berair lebay*

Satu hal yang berkesan buat aku kemarin, waktu aku sedang memilih-milih buku, nggak peduli dunia karena mata "ijo" melihat isi rak buku, tiba-tiba seorang mas-mas datang menghampiriku. Dari bajunya yang berwarna hijau, awalnya aku menduga dia semacam salesman atau sebangsanya. agak bete tapi nggak apalah, apa sih salahnya meluangkan sedikit waktu untuk mendengarkan orang ini karena toh mereka juga manusia yang bekerja sepertiku.
"Mbak sudah pernah denger greenpeace ?"
"iya" jawabku santai.
Kebetulan minggu lalu ada tugas kuliah bikin iklan dan aku sempet menilik iklan lingkungan tentang green peace, go green indonesia dsb untuk referensi tugasku itu.
"Sudah pernah tahu aksi-aksi greenpeace mbak ?"
"iya" jawabku santai juga
Secara Mia Thermopolis (red : princess diaries - meg cabot) adalah penggila berat greenpeace, aku mulai searching tentang organisasi itu dari dulu. Aksi-aksi mereka menggagalkan pembunuhan anjing laut, paus sudah sangat terkenal.

Setelah itu, mas itu mulai melanjutkan orasinya, mulai dari kebakaran hutan, illegal logging, betapa ruginya dunia akibat kegundulan hutan kalimantan yang setiap hari hilang selebar lapangan golf lalu tapi betapa kurangnya kepedulian kita, sebagai penduduk bumi dsb.

Setiap kali dia orasi, perlahan mataku mulai terbuka. Lengan yang tadinya melipat di dada mulai perlahan turun dan berubah ke antusias.
Aku memang tahu, betapa pentingnya organisasi ini untuk tetap eksis di dunia, karena mereka "peduli" sementara kita enak-enakan aja nyumbang emisi setiap hari tanpa memikirkan dampaknya bagi bumi. Sekarang aku betul-betul tertarik.

Saat ditawari selembar kertas donatur, aku menerimanya tapi waktu ditanya soal jumlah uang, aku agak malu-malu jawabnya "maklum mas anak kos-kosan" kataku sambil guyon-guyon santai. Akhirnya aku menuliskan nominal (yang merupakan batas minimum donasi :P) yang kurasa cukup pantas di kantong.
Sambil mengisi kertas donasi itu aku sempet bertanya-tanya padanya :
"Mas-nya ini asli mana ya?"
"Oh.. kalau saya orang Jakarta mbak" jawabnya innocent
"Oh ya ?" agak kaget (niat banget, mencelos dalam hati)

Lalu ada seorang perempuan, aktifis greenpeace juga, mendekati kami, ikutan ngobrol-ngobrol juga. Dari situlah aku tahu nama mereka (maaf kalau harus ditulis sini ya) mas imam yang merupakan mahasiswa lulusan UI dan mbak ifa, mahasiswa lulusan Unair. Mereka ceria sekali waktu aku ikut gabung dalam organisasi itu dan mengucapkan banyak terima kasih.

Semalam aku merenung, kenapa orang-orang seperti mereka, yang notabene "mengantongi" ijasah PT bergengsi mau terjun ke lapangan, bergumul di toko buku, menjadi aktififis yang entah dibayar atau tidak ? padahal kalau mereka mau, mereka bisa melamar pekerjaan di perusahaan bergengsi lalu menjadi karyawan, mendapat penghasilan tetap dan hidup sejahtera, setidaknya bisa untuk memuaskan hasrat untuk beli ini-itu atau jalan-jalan, have fun bareng temen dsb...

Kenapa ? Kenapa mereka memilih "jalan" itu ? Pertanyaan itu terus bergaung di pikiranku....

Beruntung sekali, aku beli buku andy's corner sore itu. Di buku itu ada bab "Lentera Jiwa", disana Andy menuliskan, bahkan seseorang setaraf Andy Noya pun, seorang pemimpin redaksi Media Indonesia dan Metro TV, bisa merasa tidak betah dan memilih mengundurkan diri dari jabatannya. Sementara, seorang cleaning service yang notabene jauh dari kesan "makmur" mengaku sangat bahagia dengan profesinya karena dia merasa pekerjaannya itu bisa membantu orang lain.

Dari situ, aku bisa mengambil keputusan bahwa sebetulnya setiap orang memiliki impian, memiliki "lentera jiwa" yang berbeda-beda dan personal. mungkin dimata orang lain itu aneh, ganjil bahkan tidak masuk akal tapi tidak bagi orang-orang itu, mereka sangat menikmati hidupnya karena mereka sudah bekerja dengan hati, bukan lagi karena gaji

Sudah ada banyak contoh orang-orang yang berani melawan "ketakutan"nya dengan menetap di suatu pekerjaan mapan dan berubah haluan mengikuti "lentera jiwa"nya. Nekat, bertaruh pada hal itu, tidak peduli pada hasil akhirnya tapi mereka merasakan kebahagiaan. Mungkin itu bukan sesuatu yang besar tapi "jiwa" mereka-lah yang besar.

Mungkin itulah yang membuat para pemuda tadi bergabung dengan greenpeace, batinku.

Sesuatu yang kecil tapi berarti besar, lentera jiwa...

Pertanyaanya, sudahkan kita mengetahui lalu mengikuti "lentera jiwa" kita sendiri ?

regards,

nova

7 komentar:

devie said...

buku bukuku mana? :(

anantasean said...

ada di kosan :P
gmn ya, masi blum sempet ngembalikan.. :(
kuliah+kerja padet bgt :((

moonrow said...

hahaha kalo "Blink" aku punya Nov :P
mau pinjem? mau? mau? mau? xixixixi

FelinoPhobia said...

weh..blink toh....bukannya itu buku lama...

aku dulu tertarik baca blink karena film AADC, disitu dian sastro baca buku itu entah cuma adegan atau baca beneran....

aku sempet baca tapi belum selesai...membacanya harus dengan sedikit berpikir, karena bukan tipe buku seperti ciken sop... :D

anantasean said...

monrow mau banget, nanti dibawa ke kampus ya, asap
ai lop yu :P

anantasean said...

aadc ?
bukane filmnya mariana renata yg ada buku "blink" ? klo aadc bukane buku "Aku" - nya Chairil A. (cmiiw) :P

FelinoPhobia said...

Oiya salah...filmnya mariana...hehe...*bego mode on

 

nomadluvred Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review